Cerita Penjagal Kambing Kampung Bustaman Semarang

 

Foto: Muhammad Yusuf, salah satu penjagal kambing di kampung Bustaman (Majid)

Semarang,- Belasan ekor kambing baru saja diturunkan dari bak truk. Kambing-kambing itu digiring beriringan memasuki sebuah gang kecil bernama kampung Bustaman, Jalan Mataram, RT 5 RW 3, Purwodinatan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Di sana, belasan kambing itu disembelih oleh Muhammad Yusuf (65) ditemani dua orang, Lukman (40) dan Zein (36) menggunakan belati yeng masih digenggamnya. Mereka masih satu keluarga. Di Kampungnya, keluarga itu dikenal sebagai penjagal Kambing.

Profesi sebagai penjagal Kambing sudah dilakoni Yusuf sejak tahun 1967. Saat itu ia membantu orangtuanya yang juga berprofesi penjagal. Tak heran, saat ini ia sangat piawai menyembelih dan menguliti seekor Kambing. 

Setiap malam, Yusuf mampu menjagal dan menguliti hingga 12 ekor Kambing dalam waktu hanya dua jam saja. Di mulai pukul 03.00 hingga 05.00 WIB, dan hanya membutuhkan 10 menit setupa ekornya. 

Ia mengatakan, dibutuhkan keterampilan khusus supaya Kambing itu cepat selesai dijagal dan dikuliti. Kuncinya ada di kekuatan tangan dan ketajaman pisau potong.

"Satu ekor cuma sebentar. Tidak sampai 15 menit, kuncinya ada di kekuatan tangan dan kepalan tangan saat menyembelih. Pisaunya juga harus tajam, karena kalau tidak kuat tangannya, maka akan mudah lepas Kambingnya saat dipotong dan kuliti," ucapnya saat ditemui, Sabtu (19/6/2021).

Ia mengatakan, Kampung Bustaman dulunya terkenal sebagai kampung jagal. Pernah jaya pada tahun 70 an hingga 80 an. Tak heran, banyak warga di sana berprofesi sebagai panjagal. 

"Dulunya ada 13 juragan yang meramaikan pengolahan kambing di sini. Mayoritas kambing itu didatangkan dan di jagal di sini, kemudian sudah ada pengepul yang datang untuk di edarkan se Kota Semarang," ucapnya.

Namun, saat ini yang berprofesi sebagai penjagal menurun drastis. Kini hanya tinggal 2 orang yang masih mempertahankan profesi ini. Yusuf adalah salah satunya. Selain itu ada Haji Toni dengan anak buahnya.

"Sekarang hanya saya dan Haji Toni yang masih menggeluti profesi ini. Tidak tahu pasti kenapa berkurang," ucapnya.

Meskipun begitu, Yusuf akan tetap akan menularkan ilmu jagal kepada anaknya dan pemuda di Kampung Bustaman. Menurutnya, kejayaan kampung jagal Bustaman harus terus dirawat.

Sementara itu, Zein yang juga menantu Yusuf mulai menjadi penjagal Kambing pada 2017. Saat itu ia tak terbesit ingin jadi penjagal Kambing. Namun, karena untuk meneruskan usaha keluarga, ia mulai menggeluti profesi tersebut.

Ia bertekat ingin meneruskan pekerjaan sebagai jagal hewan yang berasal dari Kampung Bustaman. Selai itu ingi menularkan ilmunya kepada pemuda di kampungnya.

“Jangan sampai jagal asli Kampung Bustaman hilang, saya juga berencana mengajarkan keahlian yang diberikan ayah saya ke saudara saya,” tambahnya. (Majid)


Tulisan di atas telah terbit di media online Jatengnews.id 

Komentar

Postingan Populer