Menjadi Pewarta Profesional
Sistem
demokrasi yang pemerintah anut saat ini, adalah bentuk kedaulatan rakyat yang
menjunjung satatement “dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Supaya roda demokrasi bisa berjalan dengan
apik, masyarakat membutuhkan informasi yang up
to date untuk mengetahui keadaan sekelilingnya. Disinilah insan pewarta
atau wartawan menjadi ujung tombak dalam pemenuhan informasi publik.
Semua
informasi yang kita serap, secara tidak sadar akan mempengaruhi pola pikir dan
menggiring opini kita. Kadang disitulah kita terjebak oleh wacana dan olahan redaksi
penerbitan. Maka, yang menjadi duduk persalahan tersebut terletak pada wartawan
sebagai penyambung informasi. Apalagi pers hari ini menjadi pilar ke-empat
sistem demokrasi. Maka, yang menentukan arah pemerintahan masa depan bangsa ini
salah satunya terletak pada pers.
Dalam
buku ini (Jurnalisme Dasar) mengorek tentang prinsip, formulasi, dan konstruksi
langkah kerja wartawan. Dari awal
membuka buku ini langsung disajikan esensi dari wartawan. Bahwa wartawan adalah
orang yang melakukan tugas mulia. Yaitu sebagai penyampai informasi ke publik. Maka,
makna terdalam dari pewarta adalah sebagai insan yang skeptis. Tom Friedman
dari NewYork Times (dalam buku ini)
menyampaikan bahwa skeptis adalah keraguan. Keraguan membuat orang akan
bertanya, mencari, sampai mendapatkan kebenaran.
Terdapat
juga sembilan prinsip jurnalisme, yang pada intinya adalah menaati etika
jurnalime. Rajin melakukan ferivikasi, berpihak pada kebenran, dan subjektif
terhadap masyarakat menjadi senjata seorang wartawan. Selain itu, Luwi Ishwara
sebagai penulisnya juga menularkan ilmu syarat kerja bagi wartawan. Pemenuhan
unsur 5W+1H adalah hal yang wajib ’ain yang
harus diterapkan dalam pemenuhan unsur berita.
Berita
dan Nilai berita harus memaparkan fakta yang obyektif, bermakna, dan penguatan
sumber berita yanng kuat dengan analisis yang mendalam. Karena, pembaca sering
meninggalkan informasi yang tertulis, atau langsung beralih ke berita lain bila
tidak dikemas dengan manarik.
Yang
paling menjadi perhatian adalah diterangkan juga teknik menulis, dan penjelasan
struktur berita. Penulis menjelaskan agak banyak terkai penulisan berita.
Kadang, wartawan terjebak dalam penulisan berita yang berbentuk Beat. Dalam pencarian sumber berita, sistem
beat mengarah pada ssesialisasi bidang dalam surat
kabar. Misalkan passion di politik,
ekonomi, olahraga dan sebagainya, kadang tejebak oleh pernyataan yang mengarah
pada pembenaran informasi. Sering melindungi mereka dari berita yang merugikan
karena masih membutuhkan jasa mereka sebagai informasi lanjutan. Kehilangan
sudut pandang, karena kehlangan perspektif. Misalkan karena terlena dijamu oleh
sumber/narasumber berita, maka dalam menguras informasi dangkal dan kehilangan
cara pandang yang lain.
Sifat
ego wartawan, dia akan menentang wartawan lain untuk tidak bisa masuk dalam
wilayahnya. Sempit dan melemah karena wartawan beat mendengar dan melihat
informasi terlalu banyak, dan mereka cenderung untuk menyamaratakan dari opini
narasumber. Padahal tiap ucapan yang dilontarkan memberi konotasi dan makna
yang berbeda.
Kekurangan
dari buku ini adalah, kurang memaparkan contoh-contoh tulisan yang baik dan
benar menurut kaidah jurnalisme. Buku ini hanya menerangkan secara gamblang
teori-teori dan permasalahan kewartawanan. Hal yang “selayaknya dipatuhi
wartawan” tersedia lengkap, namun pemberian contoh peulisan tidak satupun
dimuat. Maka, menjadi buku yang menarik apabila penambahan banyak ulasan
contoh-contoh tulisan dimasukkan sebagai referensi saat menulis bagi
calon-calon wartawan dan yang bergelut didunia ke-jurnalistikan.
Judul Asli : JURNALISME DASAR
Penulis : Luwi Ishwara
Penerbit : Kompas
Cetakan : Kelima
Tahun Terbit : 2011
Tebal : xii+188 hlm; 14 cm x 21 cm
Resensator : Syamsuddin Nur Majid
Komentar
Posting Komentar